Monday, September 14, 2020

PosThink

Latihan menulis pagi ini adalah positive thinking, yang selanjutnya akan saya singkat posthink. Aku baru aja bercuit di twitter, bahwa positive thinking (in my POV), terkadang keluarannya bisa berupa opini netral cenderung naif. Terkadang dicetuskan tanpa analisis berlebihan, tanpa memperhitungan hitungan materi berbasis realita. Sehingga mentrigger opini lain yang mungkin lebih akurat; namun demikan, opini tandingan yang akurat itu pun, tetap berdasarkan analisis logis manusia . Akan tetapi sebagai mahluk berTuhan, kita memahami bahwa hitungan/takaran manusia berbeda dengan kadar Allah SWT.


Mengerucut yang lebih spesifik, posthink yang aku maksud, adalah posthink yang legowo , sifatnya bukan toxic terselubung (humble bragging), melainkan kepasrahan total pada kehendak Allah. Bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia, tanpa seizin yang empunya hidup, bahkan dedaunan yang berjatuhan pun sudah diatur sedemikan rupa oleh Gusti Allah.

Tuhan menghadirkan rahmat kepada hamba-Nya dari pintu yang tidak terduga, bisa berupa apapun yang memang saat itu kita butuhkan, bahkan sebelum kita meminta. Terkadang semesta berkehendak dengan caranya yang unik, sesuatu yang kita ungkapkan dalam relung hati yang halus, akan menembus langit-Nya, dan terwujud dalam bentuk pengabulan yang tidak pernah disangkakan sebelumnya.

Namun menghadirkan jiwa positif dalam diri, tidak semudah mengganti slide presentasi, atau menswitch opini dari negatif ke positif. Yang kuyakini, ada proses sabar dan tawakal didalamnya. Sabar dan tawakal pada ketetapan Allah, ridho diri kita pada kehendak Allah. Keyakinan pada kuasa Allah, yang sejatinya selalu dipupuk dalam doa. Bahkan dalam berdoa pun membutuhkan pasrah dan ikhlas didalamnya, karena doa adalah komunikasi kita dengan sang Pencipta.

Sabar dan tawakal itu jalannya berliku, latihannya setiap hari, ujiannya setiap saat, perlu sifat istiqomah yang konsisten. Jika ada setitik saja rasa riya dan ujub, maka latihannya akan dimulai lagi dari awal. Disini aku berkali kali gagal. Laku ikhlas, dan tawakal kucontoh dari ibuku sendiri, yang bener2 sabarnya ga ada obat! Seluas samudra, sedalam laut yang tidak bisa terukur dengan analisis manusia.

Setiap kejadian yang baik, kondisi yang nyaman, situasi yang menyenangkan, kupercaya sebagai bentuk rejeki yang diperkenankan Allah SWT.
Posthink yang aku kembangkan dalam diriku adalah, transformasi peleburan pikiran jelek yang menghasilkan prasangka buruk berujung negative thinking, (kalo bahasa kerennya over thinking atau over analytic), menuju netral, lalu kemudian tergantikan perlahan dengan fatwa positif.
Ya, kita harus mencoba berfatwa pada hati kita - tapi fatwa yang positif tentunya.

Pada akhirnya, aku yakin posthink bisa membawa kita kembali ke fitrah, bersih, lurus tanpa prasangka.